Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi USB YPKP Adakan Kunjungan Study ke Jakarta


Mahasiswa prodi ilmu komunikasi Universitas Sangga Buana (USB) YPKP menyelenggarakan kunjungan study ke Jakarta pada Rabu 21 Desember 2016. Kunjungan Study ini diikuti 80 Mahasiswa ilmu komunikasi dari angkatan 2012 sampai 2016. Kunjungan study diawali dengan mengunjungi Museum Fatahillah Kota Jakarta, kemudian diskusi bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dan diakhir dengan menghadiri acara langsung talkshow Mata Najawa di Metro TV.

Dipandu oleh guide, para Mahasiswa dijelaskan tentang sejarah gedung dan benda-benda yang ada di dalamnya, yang sekarang menjadi menjadi koleksi museum. Di antaranya ada benda-benda seperti gapura, lemari, kursi, lukisan, cermin, peralatan rumah tangga.

“Gedung ini di bangun sekitar 300 tahun yang lalu, saat ini hampir 90 persen bangunan dan benda-benda yang ada di museum masih asli, hanya yang rusak2 yang kita perbaiki,” kata seorang guide menjelaskan.

“Benda-benda itu kebanyakan terbuat dari kayu jati. Di sini juga ada penjara bawah tanah, ada yang laki-laki dan wanita. Di penjara wanita ini pernah jadi tempat penjaranya Tjut Nya Dien sebelum dipindahkan ke Sumedang,” lanjutnya.

Setelah dari Museum Fatahillah para mahasiswa kemudian melakukan kunjungan dan diskusi ke kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

HadirKetua Bidang Pendidikan PWI Pusat Marasakti dan Ketua Pembinaan Daerah Atal. Menurut Ketua Bidang Pembinaan Daerah Atal bahwaPWI sudah berdiri pada tanggal 9 Februari 1946.

“Jadi usia PWI itu kira-kira sudah 70 tahun sudah sangat tua. Kita lahir bersamaan dengan para pejuang bangsa ini,” katanya.

“PWI ini sudah punya cabang di 34 provinsi dan anggotanya secara kasar sekitar 16ribu orang. Di Bandung atau Jawa Barat termasuk yang anggotanya paling banyak selain dari DKI. Selain ada PWI ada banyak organisasi profesi wartawan saat ini seperti Aliansi Jurnalis Indonesia(AJI), IJTI, KWI, dan lain-lain. Tapi menurut Dewan Pers yang memenuhi syarat sebagai organisasi profesi wartawan hanya PWI, AJI, dan IJTI,” lanjutnya.

Atal kemudian menjelaskan bahwa program PWI selalu menekankan pada pelatihan dan pembinaan dalam rangka meningkatkan kompetensi wartawan.

“Oleh karena itu misalnya ada 10 program PWI, maka 9 program di antaranya ada pendidikan dan pelatihan, pendidikan dan pelatihan dan satunya lagi baru program lainnya itu selalu ditekankan oleh Ketua PWI Pusat Pak Margiono,” paparnya.

Sementara itu Ketua Bidang Pelatihan PWIMarasaktimemaparkan tentang perkembangan ilmu komunikasi dan ilmu jurnalistik yang berkiblat dari Amerika dan Jerman.

“Saat ini kita sedang membuat sekolah jurnalistik Indonesia kira roadshow keliling ke 33 provinsi di Jawa Barat kita sudah laksanakan. SJI kira bahas lebih mendalam lagi,” katanya.

“PWI rutin menggelar program untuk meningkatkan kompetensi wartawan. Ada sekitar 15 materi mulai cara merencanakan berita, menulis berita, teknik wawancara sampai dengan mengenak etika dan hukum pers,” jelasnya.

Para mahasiswa sangat antusias mengikuti jalannya diskusi dengan PWI. Para mahasiswa menanyakan terkait hal yang berkaitan dunia jurnalistik seperti pemberitaan yang berpihak kepada kepentingan kelompok tertentu, intervensi terhadap pemberitaan, kekerasan terhadap wartawab serta bagaimana menjadi seorang wartawan yang hebat.

Setelah dari PWI, para mahasiswa kemudian berkunjung ke studio Metro TV untuk mengikuti acara live Mata Najwa yang hari itu membahas tema “Bergerak untuk Hak” dengan menghadirkan salah satunya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranomo dan Kabid Humas Polri Rikwanto.

Ketua Pelaksana Kunjungan Studi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Pupi Indriati Zaelani, S.Sos., M.Si. mengatakan bahwa tujuan dilaksanakannya program dalam rangka menambah wawasan ilmu jurnalistik di luar kelas.

“Selama ini kita hanya belajar teori saja, maka kita coba untuk belajar juga dengan para praktisi di lapangan langsung seperti ke PWI dan acara Mata Najwa di Metro TV,” tutupnya. [adi permana sidik/humas]